oleh Ratu Afifah pada 30 Januari 2012 pukul 12:48 ·
Essay
ini adalah bentuk Shock Therapy terhadap manusia-manusia yang mengaku
sebagai kader dakwah. Mereka yang masih berada di dunia kampus (Aktivis
Kampus), dan di dunia di mana usia pernikahan sudah mendekat (Pasca
Kampus).
Di sebuah negeri antah berantah, Allah
menghendaki sebuah kampus di kota tersebut mencapai kefutuhan. BEM di
kuasai, memiliki kader yang banyak dan tak ketinggalan legalisasi kampus
terhadap organisasi ini telah didapat. Sehingga berbagai kegiatan
begitu mudah mereka laksanakan tanpa aral melintang.
Teringat
sebuah Taujih dari seorang Ustadzah (lupa namanya), dikatakan
bahwasanya sebuah kampus ketika dalam perjalanan dakwah tidak mengalami
cobaan yang melintang. Semua begitu mudah. Namun bukan berarti dakwah
mereka baik-baik saja. Justru sebaliknya, dakwah seperti inilah yang
bermasalah. Kenapa bermasalah, karena Fitrah atau Sunnatullah-nya sebuah
pergerakan dakwah adalah besar dan beruntunnya cobaan yang menghalang
mereka. Jadi banggalah bagi kita ketika dalam perjalanan dakwah ini,
kita banyak menemukan aral melintang, namun ketika kita mampu
melaluinya, maka akan Allah SWT naikkan derajat orang-orang yang di
dalamnya. Tidak jarang, mereka yang merasa kampusnya tenang-tenang saja,
menjadi ujub, sombong, dan syum’ah. Wallahu a’lam
Kampus
ini sudah mengalami kefutuhan sangat lama. Kader mereka begitu banyak
di setiap fakultas lebih 20 orang menjadi anggota inti. Kuantitas maju,
tidak dibarengi dengan kualitas yang pas sesuai dengan manhaj yang
mereka pegang.
Permainan Hati Aktivis Kampus
Dialog yang disampaikan salah satu MR-ku dulu.
“Ass..
Ukh, moga sehat ya, bisa datang syuro’ hari ini, semoga kesibukan anti
tidak menghalangi anti untuk terus istiqomah berada di jalan dakwah
ini. Sebagai sodara ana senantiasa mendo’akan saudara ana.” SMS dari
seorang ikhwan.
“Wass, iya akh, jazakallah atas do’anya. Tapi ana agak sedikit sakit gigi nich, sudah minum obat padahal.” Balas si Akhwat.
“Hayyoo,, jarang sikat gini kali anti... heheh kidding” Balas si Ikhwan.
“He,, enak aja, antum kali yang jarang.. piss.” Balasnya kemudian..
Dan
panjanglah malam itu SMS mereka. Saling menunggu jawaban satu sama
lain. Kesan pertama tergoda syetan, selanjut terserah syetan.!!!
Akhirnya mereka berdua benar-benar kesyetanan. Karena “permainan” itupun
terjadi
Contoh kasus, adalah kampus di negeri antah
berantah itu, entah bagaimana komunikasi mereka. Dengan jantan seorang
ketua di salah satu fakultas (Ikhwan) menembak Akhwat untuk diajak
menjadi bagian dari hidupnya, namun bukan untuk menikah, tapi HUBUNGAN
TANPA STATUS karena PACARAN bagi mereka adalah HARAM. Begitulah
pintarnya syaithan menganggu anak cucu Adam. Kalau seperti itu apa
bedanya?
Kasus ini kasus klasik yang tak bisa
terbantahkan, seorang Akhwat dengan pasrahnya “disetubuhi” oleh Ikhwan
sehingga mengalami “kehamilan” dalam tanda kutip saya maksud adalah
Inbox penuh dengan satu nama. Si Fulan.
Beranikah sang
Ikhwan bertanggung jawab? Sangat sedikit yang berani, karena kasus
persidangan masalah “permainan” ini, makhluk berlabel ikhwan ini selalu
akan menyalahkan si Akhwat sebagai Starting Case. Dan jatuhlah harga
diri akhwat tersebut semurah harga SMS yang dia berikan kepada si
Ikhwan Rp. 88/SMS, nahasnya bila si Akhwat menggunakan fasilitas SMS
GRATIS. Na’udzubillah, lebih murah dari pelacur yang bila short time
mendapat Rp. 150.000,-. Duuuhh Syaithon, jangan sampai kau ganggu anak
dan cucu kami kelak.
Pada suatu masa, penulis pernah
mengirimkan sebuah SMS kepada seorang ustadz, karena kasus ini kembali
terulang, Ikhwan memulai kalimat-kalimat canda ke dalam ponsel akhwat.
“Assalamu’alaykum,
Ustadz, ana Fulan ingin bertanya, adakah toleransi terhadap ikhwan
yang suka mecandai seorang akhwat melalui SMS, ana tidak mampu menegur,
karena nantinya ana akan dinilai berlebihan (saklek), padahal kasus
seperti ini bisa saja menjadi penghambat dakwah itu sendiri, jzk?” (Sent
Item, 18.57)
“Waslm. Jangan memulai untuk melakukan
kemaksiatan walau melalui SMS, sebab walaupun kecil akan menjadi dosa
besar, karena bisa terjadi zina hati, serta ada kemubaziran, dikarenakan
tidak pada tempatnya. Dalam agama tentu tidak dibolehkan, kalaupun
dibolehkan sesuai kebutuhan (urgensinya) saja yang mendesak. Coba
dibicarakan kembali di bidang kaderisasi agar ada kebijakan yang bisa
dilakukan, wallahu a’lam”. (Ust. ***** *****.Lc, 19.10 WIB)
Beliau
adalah sosok ustadz yang sangat tegas dalam kasus seperti ini. Dia
pula yang menyampaikan bahaya SMS Tausyiah Ikhwan. Dengan nama lain
Coklat bermerek Tausyiah (Salim.A.Fillah). Hati siapa yang tak
terganggu? Sudah habiskah Ikhwan di muka bumi ini. Seorang Al Akh, yang
saat ini berada di Malaysia mengatakan, Sesungguhnya Syaithon itu
sangat pintar membantu manusia mencari alasan untuk pembenaran terhadap
kemaksiatan hati yang dia lakukan. Kamu yang membaca ini salah satunya
mungkin? Hayyoo.. pasti sedang mencari pembenaran, kan? Hati-hati,
karena kelak Syaithon akan berlepas diri darimu, karena pada dasarnya
ia sangat takut kepada Allah SWT.
Permainan Hati Aktivis Pasca Kampus
Seorang
dosen mengatakan, bahwasanya The Real World adalah dunia pasca kampus.
Di mana Konsentrasi mereka (Eks-Mahasiswa) akan terpecah, antara
mencari ma’isyah (nafkah-kerja) dan menjaga keistiqomahan di jalan
dakwah.
Rata-rata seorang lelaki lepas dari kampus paling
muda usia 23an. Kemudian tiga sampai lima tahun pasca kampus, mereka
akan dipusingkan bagaimana mendapatkan jodoh, dengan sistem yang serba
“ribet”, menggunakan proposal dan tetekbengek lainnya.
Jujur
penulis akui, sistem ini sangat baik dan sangat bagus. Tapi apakah
relevan ditengah gejolak informasi yang begitu deras mengalir, sehingga
ikut mengatur pola aliran energi ke otak, sehingga melahirkan
pikiran-pikiran yang menganggu keistiqomahan seseorang. Berbagai
keinginan muncul di kepala masing-masing manusia.
Karena
sistem yang “ribet” inilah kemudian para da’i muda ini berubah menjadi
“buaya” darat atau penulis punya istilah baru NELAYAN CINTA (menjelang
Proposal turun, banyak ikhwan menjadi gatel menggoda akhwat). Mereka
punya jaring bermerek Tausyiah dengan jalinan Taujih sebagai
perangkapnya. Ketika ada yang tertangkap, maka sang Nelayan akan
memeliharanya, dan kembali lagi “permainan” itu dimulai. Sang akhwat di
prospek oleh sang ikhwan, sehingga HAL YANG TAK PERLU DIANGGAP PERLU.
Tanpa melihat adakah Urgensi dari sapaan atau teguran yang dia berikan
kepada si Akhwat? Akhwat yang sudah terkena jaringnya akan terus
dijaga, dan makin terlena dengan perhatian makhluk melabeli diri
sebagai seorang Da’i.
Di bawah ini ada tiga ceritaPermainan hati aktivis pasca kampus dari sumber yang berbeda, namun masalahnya sama.
Pertama,
Seorang teman pernah curhat, ketika sehari setelah ijab qobul,
istrinya memperlihatkan sebuah SMS dari seorang ikhwan yang sama-sama
mereka kenal, ternyata menyimpan rasa dan akan melamar beberapa bulan ke
depan. Sungguh, aku tidak tahu siapa orangnya, namun karena sang
pengecut ini adalah senior kami berdua, tentu aku sangat marah. Jadi
selama ini, apa tujuan beliau berada bersama-sama kami.
Kedua,
suatu malam lebaran, seorang teman bersama temannya silaturahim ke
rumah seorang ikhwan yang sudah berkeluarga. Setelah beberapa lama,
munculah seorang muslimah dari balik tirai pintu pembatas ruang tamu
dan ruang belakang dengan membawa makanan yang penuh barokah
secukupnya. Panjang lebar kita berbincang-bincang. Dan tiba saatnya
pulang. Ditengah perjalanan, di atas motor Sang ikhwan nyeletuk “Akh,
antum liat akhwat tadi?” tanyanya. “Sekilaslah, kenapa akh?” tanya
teman satu lagi. “Akhwat itu dulu pernah suka sama ana”. Jdeerrrr.....
Lagi
dan lagi, ketika persidangan sebuah kasus, seorang ikhwan akan dengan
mudah menyalahkan akhwat sebagai tokoh yang memulai. Dan yang satu ini,
lagi-lagi seorang ikhwan mengeluarkan statement, yang entah apa yang
akan terjadi, bila suami si Akhwat mendengar ini semua. Temanku hanya
bisa beristighfar.
Ketiga, seorang istri
berbincang-bincang dengan suami yang baru menikahinya beberapa hari.
Dia mengatakan bahwa dia memiliki beberapa ikhwan nyebelin (black
list), kemudian dia menunjukkan sebuah lagu dari seorang ikhwan sebelum
mereka menikah. Sang suami mendengarkan dengan baik. Alangkah kagetnya
beliau seorang ikhwan mengirimkan lagu bertemakan cinta kepada sang
akhwat. Sang suami bertanya, kok bisa? Baca saja email balasan dari
Bunga (bukan nama sebenarnya).
Ketika dibuka email itu,
memang benar-benar aneh. Apa yang melandasi pengiriman lagu bertema
cinta ini. Jadi ingat zaman dulu, ketika mengirim surat, kalimat
terakhirnya “KALAU TIDAK SUKA DENGAN KEDATANGAN SURAT INI SILAKAN
DISOBEK SAJA” tapi karena sekarang ini teknologi sudah maju, jadi
penggalan akhir surat berbunyi “KALAU TIDAK SUKA DENGAN KIRIMAN INI
DI-DELETE SAJA” via e-mail githu lho!
Ingin mencoba
membahas ini di hadapan ustadz. Tapi sudahlah maklumin, karena
umur-umur waktunya menikah namun belum juga bisa menikah, akibatnya
menjadikan seseorang RAWAN GANJEN hingga cenderung MENIKMATI
KEGENITANNYA, dan hilang akal sehatnya. Alasan khilaf dan mengaku bukan
malaikat, tetapi di depan para ustadznya dan lainnya berlagak polos,
hanif dan sholeh.
Istriku menjuluki oknum-oknum dalam
kasus-kasus di atas adalah. Wajah ustadz Otak Daki. Don’t judge the book
by its cover!! Hati-hati ikhwan, kena Black List akhwat and kemudian
disebar ke akhwat lain. (Istriku en temen2nya punya Black List
ikhwan)... Alhamdulillah, penulis gak kena ^_^
Demikianlah,
tulisan yang bertujuan sebagai Shock Therapy untuk mereka-mereka yang
berani bermain hati dan menikmati kegenitan-kegenitan diri. Tanpa
disadari, justru ulah kita inilah dakwah menjadi terhambat, sehingga
Allah SWT marah dan menunda kemenangan besar kita.
Mari
bersama kita perbaiki diri, jadilah kita pionir untuk mengentaskan
Qodhoyatul Ummah, jangan sampai justru kita yang menjadi penambah
masalah ummat. Kita bersuara perbaikan akhlak, tapi akhlak kita masih
akhlak orang munafik. Sholeh ketika bersama komunitas, namun di
belakang komunitas kita berbuat kerusakan (fasad). Wallahu a’lam
Ana, Antum, Mereka, Kalian, Kita semua pasti bisa berubah!!! Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar